This blog is only my place to put on my character's posts, but all my post is original even all of it isn't registered.
Plagiarize is a crime so don't do it. Don't flame, and keep reading on. -leivatinnfafner™-
|
|
"Permen Mangga, Lychee, Coklat, Strawberry." Freyja berbicara sendiri sambil berjalan, sementara tangannya sibuk bergerak, mencatat semua yang tadi diucapkannya di atas sebuah buku notes. Yeah, Freyja cinta buku notes dan pulpen, praktis, dan mudah digunakan. Tidak seperti perkamen dan pena bulu, yang harus mencelup-celupkan tinta setiap harus menulis, sehingga tidak jarang jika tidak hati-hati, tangan menjadi kotor dan hitam-hitam terkena tinta. Memang Freyja sudah menjadi penyihir sekarang, tapi dulunya dia muggle dan dibesarkan dengan cara muggle. Dan Freyja suka itu. Freyja suka segala yang mudah-mudah, dan praktis-praktis. Freyja berhenti di tempatnya, masih tetap berdiri, lagu tangannya sibuk merogoh sakunya, mengeluarkan secarik kertas dengan amplop yang tadi pagi diantarkan oleh Spica --burung hantunya. Dirinya lalu membuka lipatan kertas yang tadi dikeluarkannya dari sakunya dengan sebelah tangannya yang bebas, lalu menundukkan kepalanya untuk membaca isi kertas itu sekali lagi. Surat dari ibunya, dengan tulisan ramping dan kecil-kecil yang rapih, khas Mrs. Lovecraft. Rambutnya yang panjang dan tidak diikat, sedikit menghalangi penglihatan Freyja ketika dirinya menunduk untuk membaca sekali lagi surat itu. Disibakkannya rambutnya dengan punggung tangannya yang tadi memegang notes serta pulpen, lalu dirinya mulai membaca. - Quote:
-
Bagaimana kabarmu di sana, sayang?. Baik-baik saja kan? Freyr menjagamu dengan baik kan?. Ayahmu di sini sedikit berlebihan dengan kesedihannya atas kepergian kalian, kau tahu. Dia mulai mengumpulkan selurub foto-foto kalian yang ada di rumah --benar-benar seluruhnya-- dan menempelkannya di dinding dekat ruang tamu. Dan benar-benar semuanya Ayahmu tempelkan di situ. Hampir memenuhi dinding, tapi bagus juga.
Kalau kau sempat, kirimkan daftar permen-permen dan coklat yang biasa kau makan, dan Ibu akan mengirimkannya seminggu sekali ke sana. Ngomong-ngomong, burung hantumu ini mencuri tomat yang Ibu pakai untuk memasak ketika Ibu menulis surat. Jaga dirimu sayang, Ibu dan Ayah di sini baik-baik saja.
Syukurlah kalau mereka baik-baik saja. Freyja tersenyum sambil kembali melipat kertas suratnya dengan sebelah tangan, dan lalu memasukkannya ke dalam saku jubahnya. Pelajaran Sejarah Sihir baru saja selsai, dan untuk kali pertama lumayan juga. Ternyata benar, Ravenclaw adalah kumpulan orang-orang yang berotak cerdas dan berpikir kritis, seperti dapat Freyja lihat tadi di kelas. Freyje kembali meneruskan langkahnya, tapi tidak dengan menulisnya. Sepertinya dirinya harus mencari sebuah tempat yang teduh dan aman yang bida dipakai duduk dan nyaman untuk menulis. Freyja kemudian sibuk merogoh sakunya --lagi-- dan tak lama kemudian mengeluarklan sebuah permen bergagang --lolipop-- dari dalamnya. Dibukanya bungkus lolipop itu dengan paksa, dan dimasukkannya ke dalam mulutnya kemudian. Lolipop Strawberry. Rasa manis bercampur asam langsung menyebar di mulut Freyja, sementara dirinya meneruskan langkahnya menuju halaman. "Raja Sekop! Tunggu--"Sebuah suara anak perempuan yang rasanya sudah dikenal Freyja, terdengar oleh pendengarannya. Freyja masih terus berjalan sambil mencoba mengingat-ingat suara siapakah itu, sementara kakinya refleks membawanya menuju tempat si suara itu berasal. Masih ada lagi dan aku akan memikirkannya dulu. Apakah semua cocok atau tidak""Ah, hai." kata Freyja sambil tersenyum begitu mengetahui bahwa suara yang dikenalnya itu adalah anak perempuan berambut merah muda yang ditemuinya di Leaky Cauldron, tapi --lagi-lagi-- tidak Freyja ketahui namanya. Freyja lalu duduk di samping anak itu, dan melirik emblem yang terdapat di jubah anak itu. Gryffindor. Asrama orang-orang pemberani, wewww. Freyja kemudian menyandarkan tubunya ke batang pohon di belakangnya, sementara kedua kakinya diselonjorkannya, dan pandangannya lurus ke depan, menatap langit di kejauhan. Lolipopnya masih berada di mulutnya. "Ngomong-ngomong namamu siapa sih?" tanya Freyja basa-basi tanppa mengalihkan pandangannya. Freyja tidak suka tidak ada bahan obrolan. Label: card calendar, freyja
(0)
| |
"Dia adalah Profesor Cuthbert Binns, pengajar Sejarah Sihir kita." kata gadis di sebelahnya yang ternyata Louisa Napoleon, teman seasramanya yang dikenalkan oleh Satoshi di meja asrama ketika acara seleksi sudah selsai. Profesornya hantu? WOW --Freyja ber-wow-ria lagi entah untuk keberapa kalinya sejak menginjakkan kakinya di Hogwarts-- sungguh aneh, dan err..yeah tidak biasa. Hantu menjadi pengajar...apa tidak ada manusia hidup lain yang bisa menjadi guru? Sungguh aneh. Tapi Freyja tidak menampakkan kekagumannya itu di hadapan Louisa. Dirinya hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf 'o' sambil menggut-manggut tanda mengerti. "Aneh." gumamnya sambil membuka gulungan perkamennya, dan menarik keluar pena bulunya dari dalam tas. "Kau sudah mendengarkan penjelasan Profesor Binns tadi? Kalau belum, aku bersedia membantumu mengejar pelajaran kok," Freyja menoleh lagi ketika Louisa kembali berbicara, bertanya pada Freyja tentang pelajaran, dan menawarinya untuk membantu dalam mengejar pelajaran. Membantu dalam mengejar pelajaran? Freyja tentu saja mau! Louisa anak yang pintar, dan menurutnya, pasti Louisa bisa mengajari Freyja dengan cara yang menyenangkan. Sepertinya dia anak baik. Freyja tersenyum sambil mengangguk bersemangat pada Louisa, "Tentu saja. Kita bisa belajar bersama, eh? Mohon bantuannya." kata Freyja sambil mencelupkan pena bulunya ke tinta, dan mulai mencoba menulis di atas perkamen. Jujur, Freyja sedikit kesusahan menyesuaikan diri di dunia sihir. Banyak yang berbeda, dan itu sangat sulit untuk dibiasakan. Contohnya, menulis dengan pena bulu dan tinta. Freyja kurang bisa membiasakan diri menulis dengan pena bulu, karena biasanya dirinya menggunakan pulpen yang lebih gendut sehingga mudah untuk dipegang dan dipakai menulis. Dan lagi, tidak perlu mencelupkannya ke tinta beberapa saat sekali, menyusahkan menurutnya. Kalau dipikir-pikir, menggunakan sihir memang praktis sih, tapi kenapa hal-hal yang tidak memakai sihir malah dibuat lebih rumit?. Perjalanan ke kastil lewat danau dan memakai perahu, salah satunya. Kenapa tidak lewat darat saja sih? Dan kenapa harus pakai perahu?. Louisa lalu menoleh ke belakang, dan bilang sesuatu pada seorang anak berambut pirang tentang membuat-lantai-kotor. Freyja yang sedang membuka sebungkus coklat, refleks menoleh dan melihat seorang anak laki-laki sedang membersihkan bukunya yang tersiram tinta, tapi tentu saja membuat lantai kotor. Dengan datar, Freyja melihat anak itu begitu saja tanpa berkomentar, sam bil menggigit ujung coklatnya dan mengunyahnya. Dirinya kembali menoleh pada Louisa, menatapnya sejenak, dan lalu bertanya, "Eh, kau mau?" tawarnya. Freyja tidak tahu, boleh makan di kelas atau tidak, tapi dirinya tak peduli. Freyja lapar... Label: freyja, sejarah sihir
(0)
| |
Gawat. Gawat. Gawat. Bodoh. Bodoh. Dan Freyja bodoh. Mengapa Freyja bisa sampai tersasar begini?. Tersasar di hari pertamanya masuk kelas, karena Freyja tidak tahu jalan yang mana yang menuju ke mana. Ruang rekreasi dan kamar asramanya terletak di manara, dan itu sangat tinggi dan jauh. Freyja harus menuruni tangga yang berputar-putar, lalu naik lagi tangga yang selalu berubah-rubah, dan belok ke sini, belok ke sana, membuat Freyja jadi pusing. Padahal sederhana saja, kelas Sejarah Sihirnya ada di lantai satu, dan itu hanya satu lantai dari aula besar yang kemarin. Tapi tetap saja membingungkan, karena tangga-tangga di Hogwarts suka berjalan-jalan, menyesatkan Freyja yang hendak ke kelas Sejarah Sihir. Tapi sepertinya sih Freyja sudah di lantai satu, tinggal dicari kelas Sejarah Sihir itu di sebelah mananya lantai satu. Freyja melirik dengan cemas ke kanan dan ke kiri, antara memilih jalan yang ini atau jalan yang itu. Jalan yang mana saja sama saja menurutnya, hanya ujung jalan itu yang berbeda. Freyja inginnya sih jalan yang akan membawanya menuju kelas sejarah sihir, tapi yang mana ya?. Beberapa menit berlalu, dan sepertinya dirinya sudah terlambat menuju kelas Sejarah Sihir. Freyja menggaruk belakang kepalanya asal, lalu memutuskan pergi ke kiri saja. Masa bodoh kalau dirinya tidak menemukan kelas Sejarah Sihir, toh dia tinggal kembali lagi dan memilih jalan yang kanan kan?. Memang sih memakan waktu dan menghabiskan tenaga. Tapi daripada dirinya terus diam sendiri di sini dan kebingungan?. tapi beruntung Freyja ini, baru juga kelas keempat yang dia intip, dan dirinya dapat meyakinkan bahwa ini kelasnya. Satoshi, terlihat di dalam sedang berbicara dengan seseorang yang tidak terlihat dan beberapa anak sedang saling mengajukan argumen. Freyja tersenyum bersemangat sambil mengendap-endap masuk, dan duduk di salah satu kursi yang bisa didudukinya. Freyja yang sedang membereskan buku dan perkamennya langsung menghentikan aktivitasnya. Dirinya lalu menoleh ke arah si anak yang sedang berbicara, dan mau tidak mau Freyja jadi gatal juga ingin berpendapat. Diangkatnya tangannya ke atas, dan lalu dirinya berbicara dengan keras, "Tentu saja, tidak semua dari Slytherin itu darah murni kurasa. Kakakku --ehm-- muggle born dan dia masuk Slytherin. Meskipun kriteria untuk masuk Slytherin itu berdarah murni, tapi bukankah hal utama yang menentukannya adalah dari sifat?. Ngomong-ngomong, aku muggle born, dan sebenarnya mengapa sih para penyihir itu terlalu bangga dengan status darah murninya? Bukankah sama saja?" kata Freyja nekat, padahal dirinya baru datang dan tidak tahu apa yang dibicarakan sebelumnya. Bagaimana kalau tidak nyambung? Ah masa bodoh, yang penting kan dirinya sudah berbicara. "HOA!! HANTUU!!" seseorang berteriak. Freyja menoleh dan menatap anak itu. "PO-sitive!! Itu hantu?!!" anak Hufflepuff berambut pirang itu berkata lagi dengan gugup. Hantu? Di mana? Freyja menoleh ke depan dan ternyata ada yang bicara. Sesosok putih, melayang, dan berbicara. Hantu! WOW, menakjubkan ada hantu di kelas!. Freyja menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu bertanya ke teman di sebelahnya, "Hei, untuk apa hantu itu di sini?" tanyanya sepelan mungkin sambil mengedikkan kepalanya ke arah si hantu yang sedang melayang di depan kelas. ((OOC : siapapun jadilah teman di sebelah Freyja please :P)) Label: freyja, sejarah sihir
(0)
| |
Meja RavenclawAnak itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Anak yang baik. Freyja balas tersenyum, mengulurkan namanya, dan mengangguk-ngangguk tanda mengerti ketika anak itu bicara panjang lebar tentang dia-mengetahui-nama-Freyja-dan-Freyr-karena-memperhatikan-saat-seleksi dan tentang cukup-aneh-sering -bertemu-tapi belum-berkenalan. Freyja menganggk bersemangat lagi, sambil melepaskan tangannya setelah menjabat tangan anak itu. Freyja melepaskan tangannya, begitu pula permen yang asalnya berada dalam genggamannya. Saat menjabat anak itu tadi, Freyja sedang menggenggam sebuah permen coklat, dan saat menjabat tangan si anak laki-laki-yang-biasanya-dengan-monyet itu, Freyja dengan sengaja menyekipkannya di tangan anak itu. "Untukmu." katanya sambil membuka sebungkus permen lagi dan mengulumnya Anak itu menyebutkan namanya --Satoshi Takayama, sungguh Jepang-- dan membetahu bahwa anak perempuan yang biasanya bersamanya adalah Yuka Ueda --nama yang sangat Jepang juga-- dan dia masuk Gryffindor. Satoshi juga tak lupa memperkenalkan seorang anak berambut pirang yang tadi sedang mengobrol dengan Satoshi, Louisa Napoleon. Nama yang cukup keren. Napoleon. Freyja menoleh ketika seorang laki-laki yang nampaknya sudah tingkat atas, nampak bicara dan bercanda --mungkin lebih tepat saling ejek-- dengan Satoshi. Freyja memperhatikannya sejenak, lalu memalingkan wajahnya ke meja guru. Seorang guru baru memperkenalkan diri sebagai guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, dan diakuinya dia cukup tampan. Rahangnya tegas, sorot matanya tajam, dan alisnya pun bagus. Freyja terkikik begitu memikirkan, pasti pelajaran PTIH pertamanya akan begitu menyenangkan --begitu pula bagi anak-anak perempuan lain. Pasti rasanya akan berbeda jika diajar oleh seorang guru yang masih muda, tampan, dan enerjik. Semoga saja gurunya tidak menyebalkan dan tidak pelit nilai. “Freyja, Napoleon, mohon bantuannya karena untuk tujuh tahun ke depan—kita akan satu asrama. Oh, aku baru sadar kalau nama kalian, Lovecraft bersaudara, adalah nama Dewa-dewi bersaudara dalam Mitologi Yunani. Menarik,”. Freyja menoleh lagi ke arah Satoshi begitu anak itu kembali berbicara. Apalagi ketika Satoshi bilang bahwa namanya menarik, Freyja langsung menarik bibirnya membentuk sebuah lengkungan --senyuman. Senyuman yang bersemangat, diikuti matanya yang langsung berbinar. "Tentu saja, mohon bantuannya. Eh kau tahu?" tanyanya sedikit kaget, "Namaku --Freyja-- adalah nama Dewi Cinta dan Kecantikan dalam mitologi Yunani. Ada yang bilang Dewa Kesuburan dan Panen, aku juga bingung. Tapi menurutmu, aku pantas tidak memiliki nama seperti itu?" katanya sambil menunjuk dirinya sendiri, nampak bersemangat.. “Kenapa Freyr bisa ke Slytherin?”, Satoshi bertanya lagi, kali ini dengan pertanyaan yang berbeda jenis. Raut muka Freyja mendadak datar mendengar pertanyaan dari Satoshi. Pertanyaan ini lagi...Freyja sendiri tidak tahu jawabannya. Dari tadi dirinya sibuk berpikir, tapi tetap tidak bisa menemukan jawabannya, mengapa Freyr masuk Slytherin --mungkin si topi salah memasukkannya ke Ravenclaw, Freyja sama sekali tidak pintar!. "Err...aku juga...kurang tahu." kata Freyja sambil berusaha tersenyum, namun terlihat janggal, "Eh biar kuberitahu arti nama Freyr," katanya mencoba mengalihkan perhatian, "Freyr itu artinya...kesuburan, matahari, dan hujan. Mungkin Freyr kali ya yang Dewa kesuburan dan panen, haha aku jadi pusing Satoshi." kata Freyja sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Dirinya lalu menoleh ke arah Louisa --teman barunya. "Mungkin kau mau memberitahu kami, apa arti namamu, sepertinya menarik." katanya lagi sambil melirik Satoshi. Tapi ternyata pandangan mata Satoshi sedang melirik ke atas, melirik sesuatu entah apa. Penasaran, Freyja menggerakkan matanya, mengalihkan pandangannya mengikuti arah pandangan Satoshi. Dan yang dilihatnya kemudian benar-benar...WOW. Sosok putih itu melayang, transparan, dan berkilauan bak mutiara. Tak bisa disentuh, tak bisa menyentuh. Hantu...Tengkuk Freyja langsung merinding, tapi dirinya tidak melepaskan pandangannya dari si hantu, melayang transparan hanya beberapa senti di dekat Freyja, menakjubkan!. "Nona hantu...apa kau mau permen?" katanya refleks begitu Freyja bisa menguasai kekagumannya. Label: freyja, meja ravenclaw
(0)
| |
Meja RavenclawFreyja menatap lurus ke arah meja Slytherin. Freyr menatapnya dengan tajam, dengan tatapan yang selalu tidak disukai oleh Freyja. Tatapan yang tajam, menusuk, dan penuh dengan kekecewaan. Kekecewaan, itu yang paling Freyja tidak suka. Freyja paling tidak suka melihat Freyr kecewa, karena kenyataannya, sebagian besar kekecewaan itu disebabkan olehnya --oleh Freyja. Sakit rasanya memikirkan Freyr dan Freyja tidak satu asrama, dan tidak akan sering bersama-sama. Walaupun cengeng, diakuinya bahwa dirinya sudah terbiasa berada dekat-dekat dengan Freyr, dan selalu merasa aman jika Freyr berada di dekatnya. Dan kini, Freyja di Ravenclaw dan Freyr di Slytherin. Slytherin... Freyja mau kok masuk Slytherin kalau boleh. Tidak peduli apa kriteria untuk masuk sana, tidak peduli seperti apa orang-orang di sana, yang penting-- Freyja menundukkan kepalanya lalu menggeleng pelan. Tapi apa yang akan dikatakan orang jika dirinya masuk Slytherin? Apa yang akan dikatakan....Nenek?. Masih teringat jelas di ingatan Freyja ketika neneknya bilang, usahakan jangan masuk Slytherin. Slytherin yang ambisius, licik, dan kadang menghalalkan segala cara. Tapi benarkah apa yang dikatakan Nenek? yang dikatakannya tentang kriteria Slytherin? Licik, ambisius-- Freyja menggelengkan kepalanya sekali lagi, masih menunduk, sambil memainkan jari-jarinya. Gusar, Freyja serba salah. Tidak, tapi Freyr tidak licik kok, dia tidak ambisius dan lain-lain, dan lain-lain. Freyr hanya.... seorang kakak yang baik, yang selalu melindungi Freyja, dan dia hanya jarang bicara. Apa jarang bicara merupakan salah satu kriteria untuk masuk Slytherin?-- Freyja mengangkat wajahnya lagi dan mengedarkan pandangannya menyusuri meja Slytherin. Hm... Hening... Tidak banyak bicara, dan kalau bicara pun pelan saja. Apa Freyja sanggup tidak bicara banyak-banyak kalau dia masuk Sly- ups, Freyja lupa. Apa boleh ya pindah asrama? Bagaimana caranya? Freyja ingin masuk Slyt-- tidak tapi, Freyja sebenarnya tidak ingin masuk Slytherin, tapi Freyr.... Bingung, Freyja bingung, sementara Freyr tidak lagi menatap Freyja, tapi hanya mengaduk-ngaduk makanannya dengan tidak bersemangat. Freyja menghela nafasnya berat lalu menolehkan kepalanya, ke kanan, ke kiri, mencari seseorang yang dikenalnya. Dirinya tidak bisa terus merasa bersalah seperti ini. Salahnya kah?. Bukan... tentu saja bukan. Freyja berusaha meyakinkan dirinya sambil kembali mencari siapa yang dikenalnya. Anak laki`-laki itu! Freyja ingat, yaya, anak laki-laki dengan monyetnya, yang selalu bersama anak perempuan. Tapi Freyja tidak begitu yakin siapa namanya. Freyja lalu bangkit dari kursinya, menghampiri anak itu, dan duduk di sebelahnya, "Hei," kata Freyja menepuk pundak anak itu, "Siapa sih namamu sebenarnya? Dan mana yang satu lagi?" kata Freyja sambil celingukan, mencari anak perempuan yang selalu bersama anak laki-laki itu. Label: freyja, meja ravenclaw
(0)
| |
Meja Ravenclaw"RAVENCLAW!" Topi itu memekik --berteriak. Freyja memejamkan metanya ketika topi itu berteriak, karena suaranya benar-benar memekakkan telinga. Tapi tunggu --apa katanya tadi?-- Ravenclaw? Ravenclaw...Ravenclaw...Freyja berusaha mengingat-ingat nyanyian si topi tadi sebelum menyeleksi. Apa ya katanya tadi tentang Ravenclaw, Freyja lupa. Aduh, ingatannya sangat parah. Freyja menjitak kepalanya sendiri sambil berjalan ke arah meja Ravenclaw, masih berusaha mengingat-ingat. You say akyuh, berotak encer Selalu pintar, dan juga kritisHm...yaya..Freyja ingat. Berotak encer, selalu pintar dan juga kritis. Freyja terkikik, apa dia berotak encer? pintar? dan kritis?, tidak sepertinya. Tapi Freyja yakin, topi itu tahu semuanya, dan memutuskan yang benar. Berarti Freyja pintar? Tentu saja~~. Freyja bersenandung pelan sambil sedikit berlari ke arah meja asramanya. ravenclaw, elang, putih dan biru. Freyja duduk, kemudian tersenyum kepada semua orang yang ada di sana. Dirinya lalu merogoh saku jubahnya --tapi ah, jubahnya kan masih ada di Freyr, dan semua permen-permennya, ada di sana. Dirinya terpaksa melirik saku kemejanya, mengambil beberapa permen dan coklat yang masih tersisa di sana, dan lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Seorang anak lagi yang diseleksi ke Ravenclaw. Freyja nyengir lebar ke arah anak itu sambil menyodorkan tangannya yang penuh permen dan coklat, "Hei kau mau? Ngomong-ngomong, Ravenclaw, bagaimana menurutmu?" tanyanya sambil mengambil satu permennya, dan mengulumnya. Freyja kembali bersenandung pelan sambil mengedarkan pandangannya. Freyr beda asrama...Label: freyja, meja ravenclaw
(0)
| |
Perlahan, Freyja membuka bungkus kembang gulanya yang terlihat menggiurkan. Dibuangnya bungkusnya di sembarang tempat, dan dan dicubitnya sedikit bagian kembang gula yang sudah ada di tangannya. Dimasukkannya ke mulutnya, dan tak lama kemudian, dirasakannya kembang gula itu meleleh di mulutnya. Freyja lalu tersenyum merasakan rasa manis di mulutnya, dan berjalan menuju pintu yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ke pintu yang menuju ruang santai, dari tempatnya berdiri, di dapur kecil lantai dua. Sambil bersenandung kecil, diputarnya perlahan kenop pintunya dan didapatinya kekeknya sedang berdiri di depan perapian dengan seekor...BURUNG HANTU!!! bertengger di atas perapian tersebut. Pandangan matanya seketika berbinar dan Freyja berjalan mendekati burung hantu itu. Melewati kakaknya yang entah sedang malakukan apa di perapian. "Imut." seru Freyja sambil membelai leher burung hantu itu. Burung hantu itu hanya mendengkur pelan, dan tak melakukan apa-apa. Kakaknya tiba-tiba menepuk pundaknya, dan memberikan isyarat agar dirinya mengikuti Freyr untuk duduk. Freyja mengerti, mengangguk dan berjalan mengikuti kakaknya, dan duduk di sebelahnya. Kakaknya lalu menyodorkan sesuatu berbentuk amlpop, lalu dia sendiri mulai membuka amplop miliknya. Freyja hanya mengernyit tidak mengerti, dan mengikuti kakaknya membuka amplop tersebut, mengeluarkan isinya dan membacanya. SEKOLAH SIHIR HOGWARTS Kepala sekolah: Albus Dumbledore (Order of Merlin, Kelas Pertama, Penyihir Hebat, Kepala Penyihir, Konfederasi Sihir Internasional) Miss. Lovecraft yang baik, Dengan gembira kami mengabarkan bahwa kami menyediakan tempat untuk Anda di Sekolah Sihir Hogwarts. Terlampir daftar semua buku dan peralatan yang dibutuhkan. Tahun ajaran baru mulai 1 September. Hormat saya, Minerva McGonagall Wakil Kepala Sekolah SEKOLAH SIHIR HOGWARTS Seragam Siswa kelas satu memerlikan: 1. Tiga setel jubah kerja sederhana (hitam) 2. Satu topi kerucut (hitam) untuk dipakai setiap hari 3. Sepasang sarung tangan pelindung (dari kulit naga atau sejenisnya) 4. Satu mantel musim dingin (hitam, kancing perak) Tolong diperhatikan bahwa semua pakaian siswa harus ada label namanya. Buku Semua siswa harus memiliki buku-buku berikut: Kitab Mantra Standar (Tingkat 1) oleh Miranda Goshawk Sejarah Sihir oleh Bathilda Bagshot Teori Ilmu Gaib oleh Adalbert Waffling Pengantar Transfigurasi Bagi Pemula oleh Emeric Switch Seribu Satu Tanaman Obat dan Jamur Gaib oleh Phyllida Spore Cairan dan Ramuan Ajaib oleh Arsenius Jigger Hewan-hewan Fantastis dan di Mana Mereka Bisa Ditemukan oleh Newt Scamander Kekuatan Gelap: Penuntun Perlindungan Diri oleh Quentin Trimble Peralatan lain 1 tongkat sihir 1 kuali (bahan campuran timah putih-timah hitam, ukuran standar 2) 1 set tabung kaca atau kristal 1 teleskop 1 set timbangan kuningan Siswa diizinkan membawa burung hantu ATAU kucing ATAU kodok ORANGTUA DIINGATKAN BAHWA SISWA KELAS SATU BELUM BOLEH MEMILIKI SAPU SENDIRI
"Eh?" tanya Freyja refleks sambil mengerutkan dahinya, "Apa maksudnya ini Freyr?" tanya Freyja namun tidak terdengar karena suara sesuatu yang meluncur masuk dan menjatuhkan sesuatu ke pangkuan Freyr. Pandangan mata Freyja seketika bergerak mengikuti benda yang meluncur itu, dan sedetik kemudian menyadari bahwa itu ternyata burung hantu lagi. Pandangan Freyja kemudian beralih ke sesuatu yang dijatuhkan oleh burung hantu itu. Surat. Tanpa banyak bicara, Freyr membaca surat itu, dan kembali melipatnya. Dia tidak menjelaskan apapun dan hanya berbicara sesuatu tentang sekolah baru. "Apa?" tanya Freyja tidak mengerti namun tidak ditanggapi kakaknya. Kakaknya hanya menyimpan kembali surat itu, dan melanjutkan membaca koran. Freyja yang sudah paham kelakuan kakaknya hanya mendengus kemudian kembali memakan kembang gulanya. Label: freyja, surat tahun pertama
(0)
| |
|
Keep it short or long, whatever you like. =D
|
| |