Kelas 1 (R-H)
Gawat. Gawat. Gawat. Bodoh. Bodoh. Dan Freyja bodoh. Mengapa Freyja bisa sampai tersasar begini?. Tersasar di hari pertamanya masuk kelas, karena Freyja tidak tahu jalan yang mana yang menuju ke mana. Ruang rekreasi dan kamar asramanya terletak di manara, dan itu sangat tinggi dan jauh. Freyja harus menuruni tangga yang berputar-putar, lalu naik lagi tangga yang selalu berubah-rubah, dan belok ke sini, belok ke sana, membuat Freyja jadi pusing. Padahal sederhana saja, kelas Sejarah Sihirnya ada di lantai satu, dan itu hanya satu lantai dari aula besar yang kemarin. Tapi tetap saja membingungkan, karena tangga-tangga di Hogwarts suka berjalan-jalan, menyesatkan Freyja yang hendak ke kelas Sejarah Sihir.
Tapi sepertinya sih Freyja sudah di lantai satu, tinggal dicari kelas Sejarah Sihir itu di sebelah mananya lantai satu. Freyja melirik dengan cemas ke kanan dan ke kiri, antara memilih jalan yang ini atau jalan yang itu. Jalan yang mana saja sama saja menurutnya, hanya ujung jalan itu yang berbeda. Freyja inginnya sih jalan yang akan membawanya menuju kelas sejarah sihir, tapi yang mana ya?.
Beberapa menit berlalu, dan sepertinya dirinya sudah terlambat menuju kelas Sejarah Sihir. Freyja menggaruk belakang kepalanya asal, lalu memutuskan pergi ke kiri saja. Masa bodoh kalau dirinya tidak menemukan kelas Sejarah Sihir, toh dia tinggal kembali lagi dan memilih jalan yang kanan kan?. Memang sih memakan waktu dan menghabiskan tenaga. Tapi daripada dirinya terus diam sendiri di sini dan kebingungan?. tapi beruntung Freyja ini, baru juga kelas keempat yang dia intip, dan dirinya dapat meyakinkan bahwa ini kelasnya. Satoshi, terlihat di dalam sedang berbicara dengan seseorang yang tidak terlihat dan beberapa anak sedang saling mengajukan argumen. Freyja tersenyum bersemangat sambil mengendap-endap masuk, dan duduk di salah satu kursi yang bisa didudukinya.
Freyja yang sedang membereskan buku dan perkamennya langsung menghentikan aktivitasnya. Dirinya lalu menoleh ke arah si anak yang sedang berbicara, dan mau tidak mau Freyja jadi gatal juga ingin berpendapat. Diangkatnya tangannya ke atas, dan lalu dirinya berbicara dengan keras, "Tentu saja, tidak semua dari Slytherin itu darah murni kurasa. Kakakku --ehm-- muggle born dan dia masuk Slytherin. Meskipun kriteria untuk masuk Slytherin itu berdarah murni, tapi bukankah hal utama yang menentukannya adalah dari sifat?. Ngomong-ngomong, aku muggle born, dan sebenarnya mengapa sih para penyihir itu terlalu bangga dengan status darah murninya? Bukankah sama saja?" kata Freyja nekat, padahal dirinya baru datang dan tidak tahu apa yang dibicarakan sebelumnya. Bagaimana kalau tidak nyambung? Ah masa bodoh, yang penting kan dirinya sudah berbicara.
"HOA!! HANTUU!!" seseorang berteriak. Freyja menoleh dan menatap anak itu. "PO-sitive!! Itu hantu?!!" anak Hufflepuff berambut pirang itu berkata lagi dengan gugup. Hantu? Di mana? Freyja menoleh ke depan dan ternyata ada yang bicara. Sesosok putih, melayang, dan berbicara. Hantu! WOW, menakjubkan ada hantu di kelas!. Freyja menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu bertanya ke teman di sebelahnya, "Hei, untuk apa hantu itu di sini?" tanyanya sepelan mungkin sambil mengedikkan kepalanya ke arah si hantu yang sedang melayang di depan kelas.
((OOC : siapapun jadilah teman di sebelah Freyja please :P))
Label: freyja, sejarah sihir
comments (0)